Rabu, 11 Juli 2012

GLAUKOMA

Definisi
Adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan dalam bola mata (Tekanan Intra Okular = TIO) yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Penyakit ini disebabkan:
  • Bertambahnya produksi humor akueus (cairan mata) oleh badan siliar
  • Berkurangnya pengeluaran humor akueus (cairan mata) di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
Aliran Humor Akueus (cairan mata)
Terdapat 2 rute dalam pengeluaran humor akueus
  1. Melalui jaringan trabekular
      Sekitar 90% humor akueus dikeluarkan melalui jalur ini. Dari sini akueus akan disalurkan ke kanal schlemm kemudian berakir di vena episklera.
  1. Melalui jaringan uveoskleral
Mempertanggung jawaban 10% dari pengeluaran akueus .


Gambar 1. Aliran Humor Akues
Klasifikasi
            Terdapat beberapa pembagian glaukoma antara lain :
  1. glaukoma sudut terbuka (glaukoma kronis)
  2. glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut)
Pemeriksaan penunjang untuk menilai glaukoma secara klinis
  1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal berkisar antara 10-21 mmHg.
  2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
  3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.
  4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.
Glaukoma Akut
Merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus yang lebih komplit. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.

Epidemiologi
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. sering terjadi pada kedua mata.
Gejala
Gejala-gejala yang ada antara lain :
  • Keluhan :
    • penglihatan kabur  mendadak
    • nyeri hebat
    • mual
    • muntah
    • melihat halo (pelangi disekitar objek)
  • Pemeriksaan Fisik :
    • Visus sangat menurun
    • TIO meninggi
    • Mata merah
    • Kornea suram
    • Bilik mata depan dangkal
    • Rincian iris tidak tampak
    • Pupil sedikit memlebar, tidak bereaksi terhadap sinar
    • Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Penatalaksanaan
  • Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)
A. obat sistemik
    • Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat 250mg 2x sehari
    • Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
    • Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.
B. obat tetes mata lokal
    • Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
    • Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
    • Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x  dengan jarak 15 menit kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi pencegahan dilakukan.
  • Terapi Bedah
    • Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
    • Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
Glaukoma Kronis
Merupakan glaukoma yang terjadi perlahan-lahan dengan ciri-ciri :
    • Kerusakan seraf optikus glaukomatosa
    • Kerusakan lapangan pandang glaukomatosa
    • TIO beberapa kali berulang lebih tinggi dari 21 mmHg
    • Usia dewasa
    • Sudut bilik mata depan terbuka dan terkesan normal
    • Tidak adanya penyebab sekunder lainnya
Umumnya terjadi pada kedua mata akan tetapi tidak terdapat kesamaan pada perburukannya. Nama lainnya adalah glaukoma sudut terbuka primer.
Epidemiologi
Glaukoma kronis merupakan glaukoma yang tersering, mengenai sekitar 1 dari 200 seluruh populasi yang berusia lebih dari 40 tahun dan jumlahnya semakin meningkat sesuai dengan usia. Pria dan wanita mempunyai angka kejadian yang sama dan lebih sering mengenai kulit hitam dibandingkan kulit putih. Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO, cara pengeluaran akueus dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara umum risiko terjadinya glaukoma pada saudara kandung sekitar 10% sedangkan pada keturunan sebanyak 4%.
Gejala klinis
Dari keluhan pasien umumnya penglihatannya yang makin menurun. Bahkan jika berlangsung cukup lama pasien akan mengeluhkan kehilangan penglihatan pada salah satu mata sedangkan mata yang lainnya menurun penglihatannya. Hal ini sesuai dengan teori dimana glaukoma kronik dimana umumnya kedua mata akan terkena meski perburukan keduanya tidak sama. Selain itu karena TIO yang meningkat pasien juga akan mengeluhkan adanya nyeri pada mata, sakit kepala dan perasaan seperti melihat halo (pelangi di sekitar objek) karena pembengkakkan pada kornea.
 Gejala
  1. Penurunan lapang pandang
  2. Peningkatan TIO. Terdapat perbedaan 5 mmHg antara kedua mata perlu dicurigai adanya peningkatan yang abnormal.
  3. Sudut bilik mata depan terbuka
  4. Perubahan pada diskus optikus. Tampak kerusakan nervus optikus glaukomatosa atau terdapat ketidaksamaan pada cekungan pada pemeriksaan rutin.
  5. Tidak terdapat sebab lain yang dapat menyebabkan glaukoma kronik
Penatalaksanaan
  • Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.
Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat, mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain.
  • Terapi bedah
    • Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan medikamentosa yang maksimal.
    • Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal, atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah lagi.


Original Resource:
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=1