Rabu, 11 Juli 2012

PTERYGIUM

A. DEFINISI
  • Suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif, yang menunjukkan penebalan berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke dalam kornea, dengan puncak segitiganya di kornea dan bersifat bilateral.
  • Pterygium terletak di celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas menuju kornea.
  • Pterygium mudah meradang dan mengalami iritasi sehingga bagian pterygium berwarna merah.
B. ETIOLOGI
  • Diduga merupakan suatu neoplasma, radang dan degenerasi.
C. FAKTOR RESIKO
  • Tinggal di daerah yang terkena sinar matahari (paling sering)
  • Daerah berdebu, berpasir, atau anginnya kencang dan besar
  • Laki-laki lebih banyak dibanding perempuan
  • Umur 20-40 tahun insidensi paling tinggi
D. PATOFISIOLOGI
  • Pada pterygium terjadi degenerasi elastik kolagen dan proliferasi fibrovaskuler dengan perubahan yang menutupi permukaan epitel.
  • Histopatologis:
  1. Kolagen abnormal pada daerah elastatik menunjukkan basofilik jika di cat dengan hematoksin dan eosin
  2. Epitel konjungtiva berubah menjadi irreguler dan kadang berubah menjadi gepeng.
  • Pada puncak pterygium, membrana bowman kornea diganti oleh jaringan hyalin dan elastis.
  • Stroma mengalami degenerasi yang berproliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembuluh darah . Jaringan granulasi ini akan menekan kedalaman kornea.
  • Pada bentuk dini, pterygium susah dibedakan dengan pinguecula. Pada bagian puncak pterygium dini terlihat bercak-bercak kelabu dengan pemulasan Fuchs.
  • Pterygium berdasarkan pertumbuhannya, dibagi menjadi 4 stadium:
  1. Stadium 1 --> Puncak pterygium di limbus kornea.
  2. Stadium 2 --> Puncak pterygium mengenai kornea antara limbus dan pertengahan jarak limbus ke tepi pupil.
  3. Stadium 3 --> Puncak pterygium mengenai kornea antara pertengahan jarak limbus ke tepi pupil dan tepi pupil.
  4. Stadium 4 --> Puncak pterygium telah melewati tepi pupil.
  • Berdasarkan progesifitas pertumbuhannya:
  1. Stationer --> relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat dan atrofi)
  2. Progresif --> berkembang lebih besar dalam waktu singkat
E. TANDA DAN GEJALA
  • Pterygium jarang sampai menyebabkan kebutaan, tetapi keluhan iritasi dan kosmetik banyak sekali mengganggu pasien dan menjadikan alasan pasien untuk datang berobat.
  • Keluhan subyektif:
  1. Pemeriksaan kacamata --> karena gangguan penglihatan (astigmat)
  2. Adanya sesuatu yang tumbuh diatas korneanya
  3. Adanya lamat
  4. Rasa panas, gatal dan mengganjal
  5. Mata lekas merah dan berair
  • Pterygium dapat disertai keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan garis besi (iron line dari stocker) yang terletak di ujung pterygium.
F.DIAGNOSA BANDING
  1. Pseudopterygium
  2. Pannus
  3. Kista Dermoid
G. PENATALAKSANAAN
  • Pembedahan pada pterygium dapat dilakukan atas indikasi:
  1. Pterygium tebal dengan puncak menutupi pupil
  2. Pterygium progresif dari aksis visual atau pertumbuhan yang cepat (>3-4mm)
  3. Sering iritasi
  4. Kosmetik
  5. Pergerakan bola mata yang terbatas
  • Tehnik pembedahan Pterygium:
  1. Bare Sclera (dengan atau tanpa obat anti metabolit) --> Tehnik pengangkatan (eksisi pterygium) dan jaringan sub konjungtiva. Tehnik ini pertama kali dilakukan cukup efektif, tetapi kekambuhan sesudah pembedahan masih relatif besar. Untuk mengurangi kekambuhan, umumnya diberikan bahan anti metabolit setelah pembedahan. Tetapi karena bahan ini relatif banyak menimbulkan komplikasi, maka jarang digunakan. Pada tehnik ini, tidak ada jahitan atau menggunakan benang adsorbableuntuk melekatkan konjungtica pada sklera superfisial didepan insersi tendon rektus, meninggalkan area sklera yang terbuka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar